Kamis, 10 September 2015

Wisata Tegal eps Curug

1. Curug Longgan
Curug Longan, Bumijawa, Tegal

Tidak ada bosannya menikmati keindahan alam Tegal. Terutama ketika kita bertandang ke daerah Bumijawa, kini ada satu lagi curug atau air terjun yang sanggup membuat mata kita terpesona. Curug Longan namanya, longan dalam bahasa Indonesia berarti "kolong". Tidak salah memang, karena lokasi curug ini berada di bawah jembatan yang melintang di atas aliran Sungai Gung. Namun jika dilihat dari atas jembatan, curug ini tidak terlihat, karena posisinya diapit dua buah bukit. Bukit yang seperti bentuk perahu terbalik.
Tidak sulit untuk mengakses curug ini, dari pusat kota seperti Kota Tegal atau dari Slawi, ikuti jalan ke arah Yomani - Kalibakung, hingga bertemu Pertigaan Tuwel, jika ke arah kiri menuju ke Guci, ke arah kanan, ke arah Bumijawa. Ambil kanan. Dari pertigaan ambil kanan ke arah Pabrik Air Minum Adi / Sulaku Bumijawa Park, sekitar 1,6 KM hingga menemui sebuah jembatan yang berada di dekat "Bukit Perahu Terbalik". Kendaraan bisa diparkir di dekat sana, dilanjutkan menuruni jembatan menuju ke aliran Sungai Gung. Hati-hati, karena jalan setapak ke bawah cukup curam. Lanjutkan berjalan ke arah timur sekitar 100 meter. Nah, sampailah di Curug Longan.
Sepintas, secara fisik curug ini mirip dengan Curug Luhur namun dengan versi mininya, tingginya hanya sekitar 5 meter. Airnya relatif jernih dan dingin. Arus airnya juga tidak terlalu besar sehingga terbilang aman untuk bermain di bawahnya. namun harus tetap waspada jika terjadi hujan.
Areal sekitaran jembatan ini hampir setiap week end selalu ramai, karena menjadi salah satu spot untuk berkumpul. Selain tidak terlalu ramai, pemandangan di sini juga patut dicungi jempol. Dan yang paling utama, udaranya masih bersih dan segar!

2. Curug Monyet


Curug Monyet merupakan salah satu curug atau air terjun yang ada di Dusun Gunung Guntur, Desa Cawitali, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal. Dari namanya saja bisa kita tebak bahwa memang dahulu di tempat ini banyak monyet liar yang berkeliaran. Curug ini cukup dimitoskan oleh warga sekitar, namun tujuan utamanya adalah agar air terjun ini tetap alami.
Meskipun terdengar seram, namun tidak se’seram yang kita bayangkan. Curug ini menyimpan pesonanya sendiri. Dengan tinggi sekitar 25 meter, curug ini memiliki air yang cukup deras, bahkan pada musim kemarau seperti sekarang ini. Sehingga disarankan untuk hati-hati jika berada di bawahnya. Terlebih jika pada musim penghujan. FYI, di bawah curug terdapat bebatuan cadas yang lumayan banyak. Sehingga bisa digunakan untuk sekedar duduk-duduk sembari menikmati pemandangan sekitar dan gemercik air.
Untuk menuju tempat ini, tergolong cukup sulit, karena sepinya lokasi dan jalannya yang cukup berliku. Jika dari pertigaan Tuwel, ambil ke kanan (barat) ke arah Bumijawa, lurus hingga ketemu dengan gerbang desa Jejeg lurus sedikit ke barat hingga ketemu pertigaan, lalu kemudian ambil kanan (utara). Lurus hingga bertemu dengan desa Pagerkasih dan lurus ke utara ke arah desa Cawitali. Sebelum masuk Cawitali, ada sebuah jembatan besar yang ciri-cirinya sungainya kering dan ada sebuah warung setelah jembatan. Jika menamukan jembatan tersebut, ambil jalan kecil yang belum diaspal sebelum jembatan, lurus hingga ketemu gapura Kandang Ayam. Biasanya kendaraan seperti motor diparkir di dekat sini. Lanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 15 menit di jalan setapak sebelah kiri sebelum gapura Kandang Ayam. Naik terus mengikuti jalan kemudian turun ke sungai melawan arus. Hati-hati dengan jalan yang terjal.
Jalan yang cukup sulit tersebut akan terbayarkan dengan keindahan curug dengan tebing batu tingginya, meskipun airnya tidak begitu jernih, namun airnya dingin lho. Khas pegunungan. Di sekitar bibir curug terdapat pepohonan rindang yang biasa digunakan oleh monyet untuk bergelantungan.
Tertarik untuk mengeksplore Curug Monyet? Pastikan untuk tidak malu bertanya kepada warga sekitar ya. Disarankan untuk tidak menganggu habitat di sana seperti monyet yang kemungkinan akan ditemui. Jangan juga membuang sampah sembarangan atau melakukan aksi vandalism. Yuk, Tegal itu indah lho!

3. Curug Penganten 
Curug Penganten, Bumijawa, tegal

Menuju air terjun kembar ini sama dengan jalur menuju Curug Luhur, karena lokasi dari Curug Penganten sendiri di atas Curug Luhur yang jaraknya sekitar 500 meter. Cukup berjalan kaki beberapa menit dengan melawan aliran sungai, kita sudah sampai di air terjun yang berjumlah dua buah ini. Curug yang bersumber dari aliran Sungai Gung ini memiliki ketinggian sekitar 10-14 meter. Secara administratif, Curug Penganten masuk ke dalam wilayah Dukuh Bandarsari, Desa Bumijawa, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.
Pada curug di sebelah kanan arah alirannya airnya cenderung turun ke bawah, sedangkan curug pasangannya, arah alirannya cenderung memancar dengan arus yang lebih deras. Maka dari itu curug ini disebut dengan Curug Penganten. Posisi curug inijuga tersembunyi karena tertutup oleh bukit.
Meskipun berbeda arah alirannya, namun arah airnya tetap menuju pada kolam air yang sama. Kolam air yang cukup lebar dan tidak terlalu dalam ini sering digunakan warga maupun wisatawan untuk mandi sekedar bermain air. Dinding curugnya banyak ditumbuhi tumbuhan lumut dan tumbuhan merambat.

4. Curug Putri

Curug yang membelah dua buah desa, Desa Dukuhbenda, Bumijawa, Kabupaten Tegal dengan Desa Padanama Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes ini memiliki ketinggian kurang lebih 25-35 meter. Jadi bisa dikatakan bahwa curug ini merupakan curug kedua yang tertinggi di Tegal setelah Curug Cantel yang sama-sama merupakan aliran dari Sungai Kalipedes yang berhulu di Gunung Slamet.
Hampir mirip dengan Curug Sigeyong, tebing curug ini terdiri dari batuan beku yang terbentuk di patahan atau biasa disebut dengan columnar joint. Namun tentu saja, batuan beku tersebut lebih panjang daripada yang ada di Curug Sigeyong. Jadi tidak heran jika kedua curug tersebut bisa menjadi Wisata Geologi.
Batu-batuan berukuran besar, sawah-sawah dan semak-semak yang berwarna hijau menambah keasrian tempat ini. Terlebih jalan setapak untuk menuju lokasi banyak ditanami tanaman-tanaman produktif seperti bawang dan padi. Kesan natural sangat terasa di curug ini.
Ada dua rute untuk mencapai lokasi ini, yaitu melalui Desa Benda (Sirampog, Brebes) dan SPBU Sakalibel (Brebes). Jika menggunakan jalur Desa Benda, kita bisa naik kendaraan dari Pertigaan Kalisalak Desa Benda (Jl. Raya Tegal – Purwokerto) hingga di Desa Mendala dan dilanjutkan hingga bertemu Dukuh Padanama. Kendaraan tidak bisa melalui jalan ini, karena jalan yang belum teraspal. Kita bisa tracking menyusuri pematang sawah dan jalan setapak sekitar 500 meter. Kita juga nantinya akan melewati tebing yang cukup terjal.
Apabila menggunakan jalur kedu, dari arah Purwokerto – Tegal, turun di Pertigaan Kaligadung atau di SPBU Sakalibel. Setengah jam perjalanan, sampailah di Perempatan Sirampog lalu ambil jalan ke utara hingga bertemu dengan Dukuh Padanama.

5. Curug Luhur

Jika kita menelusuri aliran Kali Gunung, dari hulu hingga ke hilir, banyak hal yang bisa kita temukan, salah satunya adalah adanya air terjun atau biasa juga disebut curug. Kali ini kita akan membahas keindahan dari Curug Luhur. Salah satu curug tertinggi disepanjang aliran Kali Gung.
Curug Luhur berada di antara daerah Desa Sokasari, Kecamatan Bumijawa dan Desa Tuwel, Kecamatan Bojong (Dukuh Kopigandu) dan semuanya berada di Kabupaten Tegal ini memiliki ketinggian sekitar 25 meter-an. Jika ditarik dari permukaan laut, Curug Luhur berada di ketinggian 1000mdpl. Karena posisinya yang berada di pegunungan, hawa sejuk akan langsung terasa di tempat ini.
Air terjun ini sangat indah, curug ini seakan berada di sebuah mangkuk kolam yang luas yang airnya hanya semata kaki orang dewasa dengan airnya yang jernih. Sehingga kita bisa langsung melihat batu-batuan kecil di bawahnya. Pada tebing-tebingnya ditumbuhi lumut, pohon yang merambat, dan akar-akar pohon yang menyebul dari balik tebing.
Untuk menuju tempat ini memiliki dua buah jalur, yaitu jalur Sokasari (start Pasar Bumijawa) dan Dukuhgandu (start Pertigaan Tuwel). Namun bagi pemula, disarankan melewati jalur yang kedua. Dari Pertigaan Tuwel kita ambil kanan arah Bumijawa. Sampai di SMAN 1 Bojong, ambil kanan lalu masuk Dukuh Kopigandu. Dari sana kita bisa langsung tracking menuju lokasi dan akan melewati jalan setapak dan sawah-sawah. Jalur ini tidak se-ekstrim jalur Sokasari dan jaraknya pun lebih dekat.

6. Curug Cantel

Air terjun ini berlokasi di Pedukuhan Kalipedes, Desa Sigedong Kec. Bumijawa, Kabupaten Tegal ini lokasinya cukup sulit dijangkau. Karena memerlukan tracking yang cukup panjang dengan menyusuri sungai dengan bebatuan yang cukup besar. Kita diharuskan tracking sejauh kurang lebih 400 meter dari jalan raya dengan melawan arus sungai.
Medan tracking di tempat ini cukup unik, karena kita akan berjalan di antara dua sisi bukit yang dipisahkan oleh sebuah sungai kecil. Beruntung, saat kami kesana, arus sungai tidak terlalu deras. Sehingga kami tidak khawatir adanya arus yang deras. Namun yang harus diwaspadai adalah kondisi beberapa batu yang licin.
Air terjun atau Curug Cantel ini memiliki ketinggian sekitar 60 meter. Jadi bisa dibayangkan betapa tingginya air terjun ini. Percikan air terjun akan langsung terasa membasahi wajah begitu sampai di lokasi ini. Tidak disarankan untuk mandi di bawah air terjun ya, karena air yang turun begitu kuat.
Sisi-sisi bukit ditumbuhi banyak lumut dan tumbuhan merambat. Pada bagian atas, terdapat pohon besar yang posisinya berada dipinggir tebing, unik. Di depan air terjun, terdapat sebuah gundukan batu yang cukup tinggi. Di sinilah lokasi yang tepat untuk berfoto ria :)
Sebenarnya Curug Cantel bisa ditemouh melalui jalur Guci, namun sayangnya kondisi jalannya rusak dan terlalu jauh, sehingga kami sarankan gunakan jalur Bumijawa. Lurus hingga ketemu Pertigaan Talang ambil kiri (arah Jalan Wredameta/ Pabrik Minuman Adi). Lurus hingga ketemu pertigaan lagi ambil kiri (arah Batumirah – Sirampog). Ketemu Perempatan Mentik masih lurus hingga menuju Desa Kalipedes dan bertemu dengan jembatan Kalipedes. Dari sini, mulailah perjalanan tracking

7. Curug Jedor


Konon, nama curug ini diambil dari nama kepala desa yaitu Lurah Jedor. Namun jangan dilihat dari namanya, meskipun namanya sederhana, namun curug ini tidak boleh dilihat sebelah mata lho. Curug yang berada sekitar 1 KM dari Pancuran 13 Pemandian Air Panas Guci ini memiliki pemandangan yang indah. Lokasinya cukup tersembunyi namun mudah dijangkau. Bisa diakses dengan menggunakan mobil pribadi, sepeda motor, bahkan berjalan kaki sekalipun.

Karena mudahnya akses, ada 3 rute yang bisa diambil, yaitu via Guciku, Wana Wisata Guci (Wagu), atau lewat Pancuran 13. Tinggal pilih. Namun yang menjadi rekomendasi adalah jalur Wagu, karena pemandangannya lebih indah dan jalannya juga cocok untuk trekking. Sembari berolahraga dan tentu saja, udara sejuk akan kita dapatkan. Jika lewat jalur ini, kita akan menemukan dua curug sekaligus, yaitu Curug Kaliawu.
Sebenarnya untuk masuk ke lokasi ini gratis, namun jika musim liburan, dikenakan biaya sekitar Rp. 5.000, cukup murah bukan? Curug ini memiliki ketinggian sekitar 15 meter, sehingga percikan airnya sanggup memecahkan keheningan suasana alam di Guci.
Air dari curug ini dingin segar dan relatif bersih. Sehingga cocok untuk bermain air atau sekedar berfoto-foto di dekat curug ini. Sesekali kita juga akan menemui warga sekitar yang merupakan penambang pasir tradisional yang mengambil pasir dari curug ini.
Karena masih alami, yuk jangan sampai kita rusak keindahan alam dan tentu saja, jangan buang sampah sembarangan.

SEKIAN BEBERAPA REFRENSI BUAT KALIAN NGISI WAKTU LIBURAN :D

2 komentar:

  1. kok curug pitu margasari g ada eaa

    BalasHapus
  2. iyaa ini cuman sebagian kecil dari banyaknya curug. sbenere emang masih bnyak yang belum disebutin

    BalasHapus